Sebelum membahas masalah kinerja mesin pesawat terbang, perlu dibahas terlebih dahulu masalah kebutuhan gaya dorong bagi pesawat udara pada beberapa manuver tertentu misalnya manuver terbang menanjak, menukik, dan terbang jelajah. Ketiga manuver ini paling dominan dalam operasi penerbangan khususnya pada pesawat transport. Pengetahuan ini sangat dibutuhkan untuk analisis kebutuhan dan pemilihan sistem propulsi pada pesawat udara.
Gaya dorong pada pesawat udara dibagi dua yaitu gaya dorong diperlukan (Required Thrust, FR) dan gaya dorong tersedia (Available Thrust, FA). Gaya dorong diperlukan adalah gaya dorong yang diperlukan oleh pesawat udara untuk mencapai kondisi operasi tertentu. Sedangkan gaya dorong tersedia adalah gaya dorong yang dapat diproduksi oleh sistem propulsi pesawat udara.
Apabila daya dorong tersedia lebih besar daripada daya dorong yang diperlukan maka pesawat akan melakukan percepatan misalnya pada saat pesawat lepas landas (take off). Pada saat pesawat melakukan terbang jelajah (cruising) biasanya gaya dorong tersedia besarnya sama dengan gaya dorong yang diperlukan pesawat udara sehingga pesawat melaju dengan kecepatan konstan.
![](https://lh3.googleusercontent.com/blogger_img_proxy/AEn0k_u4qXcMcZ1PBIaN4ksORaZSV8bF69m6_GP1X1HRye1qKD5P1UIQS62xuVCQvuHBoS49sdxiRj31q21QA3qXUkvWmATFtX-bc_sBeC1_9zneWG5VCqBDmWIT=s0-d)
Gambar 2.1: Diagram Gaya pada Pesawat Udara dalam Penerbangan
Keterangan arah gaya-gaya pada gambar 2.1 adalah sebagai berikut :
Lift (L) : tegak lurus lintasan terbang
Drag (D) : sejajar tetapi berlawanan arah dengan arah terbang
Berat (W) : vertikal ke arah pusat bumi (tegak lurus bidang horisontal)
Gaya dorong (F) : biasanya membuat sudut αF terhadap garis lintas terbang
Jika lintasan terbang berbentuk garis lengkung, maka dengan menerapkan hukum Newton dapat disusun sistem persamaan sebagai berikut. Keseimbangan gaya pada arah yang sejajar dengan garis singging pada lintasan diperoleh sistem persaman sebagai berikut:
![](https://lh3.googleusercontent.com/blogger_img_proxy/AEn0k_tS0zmQ_Kol51m_1P_ouHMrwNm5zLw3QOzbZMED4fIrDSj_diH5E7RoQ2KuLqd6m-yQfBojAj4REbrYBRbJQw6vtoE8NDHSSRcktwuWTlJsRlRboCU_GvyM=s0-d)
Sedangkan keseimbangan gaya pada arah radial diperoleh sistem persaman sebagai berikut
![](https://lh3.googleusercontent.com/blogger_img_proxy/AEn0k_so3GnQnBYyNo35elbQM-kUC-ekF7-fEsVQL1WanUYo69slyDcQVSK284Lbw4yEfM3N6h03sQ5KCbusWzz9KCN015JLA9TWbf8L2rx0j2yB-J5AZEiwxAM=s0-d)
Dimana ;
![](https://lh3.googleusercontent.com/blogger_img_proxy/AEn0k_ufMpYoQCM35SfoivrpI83_btXhUSTajYtd_MorlXVD5PUIhrLcmhXOr8Qi8XPYcyoazXMnR1ZG9tA1APrmJiSFANzzRsTsSbs6Uxi8GJDqat2LWQt9jps=s0-d)
Dengan mensubstitusikan (2.3) ke (2.1) dan (2.4) ke (2.2) akan diperoleh:
![](https://lh3.googleusercontent.com/blogger_img_proxy/AEn0k_uLZ6zH-sBnbK9iZB_tlYD1BA-PkN1zGC7rvnNA7p9qUTUgLYfVOW4Q4cAkn95P__BdbHSIa_0a6z6Kc1p1oqByaVjVoBg8-J3fp_uBVGA8q0kh-RBnGABC=s0-d)
Kondisi terbang yang paling dominan dalam suatu operasi penerbangan terutama pada pesawat transport adalah terbang menanjak, menukik, dan horisontal. Ketiga manuver ini dapat diasumsikan pesawat melaju dengan lintasan lurus dengan kecepatan konstan. Untuk terbang dengan lintasan berbentuk garis lurus atau jari-jari kelengkungan lintasan menuju tak terhingga (rc →∞), menyebabkan gaya sentrifugal harganya mendekati nol (mV2/rc→0).
Sedangkan dengan menerapkan asumsi bahwa pesawat melaju dengan kecepatan konstan menyebabkan gaya inersialnya berharga nol (m.dV/dt=0). Dengan menggunakan pengertian di atas maka persamaan (2.5) dan (2.6) dapat ditulis menjadi:
![](https://lh3.googleusercontent.com/blogger_img_proxy/AEn0k_ufUYZU5_vC4e7zoICjTmCMntn8mAWUGlm82t23BzSEuRowBhoRnJNC-MgKFqEJbHCsgm_uv4a0VcXJQGxqBUNnHF2sPS_L8QzjC4wOGmPS09ChAn1seN-s=s0-d)
Perbandingan antara gaya angkat dan gaya tahan dapat dinyatakan dengan cara membagi persamaan (2.8) dengan (2.7) sehingga diperoleh:
![](https://lh3.googleusercontent.com/blogger_img_proxy/AEn0k_sCQG6eXb_1OvSHSgpZWLon4lHVI1Cp7c9uAvbSupweEz8tqA_gnT6EMtlq3k0ArY9Q8f9AxjSs8-iqAg9V4qRhj2cXmQx_cEn2goNrX1uHVTXMz9yvRM0=s0-d)
Perbandingan gaya angkat (L) terhadap gaya hambat (D) atau L/D merupakan efisiensi aerodinamika dimana setiap insinyur aerodinamika selalu berlomba-lomba untuk mendapatkan harga L/D sebesar-besarnya. Semakin besar efisiensi aerodinamika maka pesawat dapat melaju dengan lebih cepat karena gaya hambatnya kecil.
Efisiensi aerodinamika yang besar juga dapat diartikan bahwa pesawat tidak membutuhkan luas sayap yang besar untuk suatu operasi penerbangan tertentu sebab gaya angkat yang ditimbulkan sayap sudah cukup tinggi. Dengan luas sayap yang berkurang, kondisi ini sangat menguntungkan dalam perancangan pesawat karena gaya dorong yang diperlukan pesawat juga akan berkurang karena dragnya berkurang. Dengan pengurangan luas sayap menyebabkan struktur sayap juga lebih sederhana. Struktur sayap yang sederhana akan banyak menguntungkan sebab dapat mengurangi kegagalan sayap misalnya flutter pada sayap, kelelahan (fatique), retak (crack), dan lain sebagainya juga akan berkurang.
Gaya dorong yang diperlukan FR dapat dihitung dengan melakukan manipulasi matematik pada (2.9) sehingga diperoleh persamaan FR yang lebih sederhana sebagai berikut:
![](https://lh3.googleusercontent.com/blogger_img_proxy/AEn0k_sOyxGFwbXw0wxs9oGkLNfYuuZZHbqPkZZGGTFqxRX_vlbNaRHyaDcRRgSVK1MAau5rvM_xR82O6M9tGZfd_cUhKVSFCbagxWJ0MH8vmFj-8wAxLhAr2YU=s0-d)
Persamaan (2.10) menunjukkan bahwa harga FR sangat tergantung pada seberapa besar nilai W. Semakin besar harga W maka harga FR juga semakin besar. Hal ini sangat logis sebab FR akan digunakan untuk melawan gaya inersial pesawat udara. Persamaan tersebut juga menunjukkan bahwa harga FR tidak dipengaruhi oleh ketinggian terbang dan kecepatan terbang.(STTA/KI)