Pendahuluan
Provinsi Papua dan Papua Barat dengan luas sekitar 421.981 Km2 dengan jumlah penduduk sekitar 2,8 juta jiwa, keadaan topografi bervariasi mulai dari daratan rendah yang sebagian merupakan rawa sampai pada dataran tinggi yang ditumbuhi oleh Hutan trofis, padang rumput dan lembah. Pada bagian tengah terdapat rangkaian pegunungan tinggi, salah satu bagian dari pegunungan ini adalah Pegunungan Jayawijaya yang terkenal karena mempunyai puncak yang diselimuti salju sepanjang tahun walaupun terletak di garis khatulistiwa, dan dialiri sungai-sungai besar yang bermuara di utara maupun selatan dan pantai barat pulau tersebut.
Mengingat keadaan topografi Papua yang telah disebutkan di atas, maka transportasi udara memegang peranan penting dalam mobilisasi orang dan barang, sehingga memerlukan perhatian khusus dalam penanganannya.
Kondisi Saat Ini
Prasarana penerbangan berupa landasan pacu (runway) dan kelengkapannya termasuk terminal penumpang yang penyelenggaraannya dilaksanakan oleh Pemerintah pusat (UPT Ditjen Perhubungan Udara), PT. (Persero) Angkasa Pura I, Pemerintah Daerah (khususnya daerah terpencil), Misionaris (daerah terpencil) dan beberapa Perusahaan mempunyai kegiatan di Papua (Bandara Khusus).
Kondisi Prasarana Penerbangan di Papua pada umumnya masih sangat minim kecuali beberapa bandara besar yang cukup memadai namun perlu pengembangan lebih lanjut untuk memenuhi kebutuhan dan mengantisipasi lonjakan angkutan udara yang dari waktu ke waktu terus bertambah.
Untuk Prasarana Penerbangan yang penyelenggaraannya dilaksanakan oleh Pemerintah Pusat (Ditjen Perhubungan Udara) yang berada di daerah terpencil pada kenyataannya banyak petugas yang tidak berada di lokasi dengan berbagai alasan terutama faktor keamanan. Parasana Penerbangan yang diselenggarakan oleh Pemerintah Daerah juga demikian kondisinya. Namun pada beberapa tempat seperti kabupaten Mimika kondisinya relative cukup baik karena setiap tempat terdapat petugas walaupun dengan kemampuan minim yang diangkat dari penduduk lokal.
Menyangkut Sarana Penerbangan (Pesawat Udara) hampir semua Perusahaan Penerbangan berjadwal dan tidak berjadwal dengan berbagai macam tipe pesawat udara yang dioperasikan melakukan aktifitas penerbangan di wilayah Papua.
Mengingat keterbatasan Prasarana dan Sarana Penerbangan yang memadai dan tingginya permintaan jasa angkutan udara untuk melayani daerah terpencil khusus yang berada di daerah pegunungan mengakibatkan biaya untuk jasa ini cukup tinggi bila dibandingkan dengan daerah lain di Indonesia, karena tingginya resiko yang harus ditanggung oleh Perusahaan Penerbangan.
Mengingat keterbatasan Prasarana dan Sarana Penerbangan yang memadai dan tingginya permintaan jasa angkutan udara untuk melayani daerah terpencil khusus yang berada di daerah pegunungan mengakibatkan biaya untuk jasa ini cukup tinggi bila dibandingkan dengan daerah lain di Indonesia, karena tingginya resiko yang harus ditanggung oleh Perusahaan Penerbangan.
Kondisi yang ingin dicapai
Peningkatan Prasarana penerbangan yang lebih memadai untuk menjamin keselamatan dan keamanan penerbangan dengan urutan prioritas sebagai berikut :
- Perbaikan dan Peningkatan Fasilitas untuk Prasarana Penerbangan di daerah terpencil termasuk pembenahan petugas Bandara. Khusus penempatan petugas agar diutamakan berasal dari lokasi dari lokasi dimana Bandara tersebut berada, mungkin dapat diterapkan metode penunjukkan petugas seperti yang telah dilakukan oleh Pemda Kabupaten Mimika yang relative cukup berhasil karena mengangkat orang lokal yang diusulkan oleh distrik masing-masing kemudian diberi pengetahuan untuk pengoperasian Bandar Udara.
- Pembangunan Bandara baru pada daerah-daerah tertentu yang dianggap perlu.
- Pengembangan beberapa Bandara besar perlu dipercepat diantaranya Bandara Sentani Jayapura, Domine Eduard Osok Sorong, Rendani Manokwari, Mozes Kilangin Timika, Bandara Wamena, dan lain-lain yang dianggap perlu, untuk mendukung arus orang dan barang ke dan dari daerah seputar kawasan. Saat ini pada jam tertentu kapasitas Apron tidak dapat menampung lalu lintas pesawat udara yang masuk dan keluar Bandara tersebut.
- Pengembangan Bandara Sentani Jayapura harus diikuti oleh Bandara yang merupakan penunjang Bandara tersebut, diantaranya yang paling penting adalah Bandara Wamena sebagai pusat distribusi orang dan barang di daerah pedalaman. Untuk mengurangi beban Bandara Wamena perlu segera dioptimalkan pengembangan pengoperasian Bandara Dekai.
- Bandara Mozes Kilangin TImika yang statusnya merupakan Bandara Khusus segera dirubah menjadi Bandara Umum yang selanjutnya dikembangkan untuk melayani daerah pegunungan dan pantai barat, dengan demikian angkutan udara yang selama ini berpusat di Sentani sebagian dialihkan ke Bandara Mozes Kilangin Timika. Dengan demikian harga kebutuhan pokok dapat ditekan lebih rendah karena jarak antara Produsen dan Konsumen lebih dekat.
- Penataan Angkutan Udara dan pengendalian tarif angkutan udara perlu segera diatur dan dikendalikan agar terjangkau oleh masyarakat.
- Angkutan Perintis perlu dikembangkan dan diperbanyak, Pengaturan serta Pengendalian ditingkatkan (bila perlu dibentuk Tim Khusus untuk menganani hal ini). (JALA/Gloopic)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar